Ketua Masyarakat Nano Indonesia, Nurul Taufiqu Rochman, mengungkapkan,"Indonesia sangat berpotensi mengembangkan teknologi ini mengingat pasokan bahan baku yang melimpah, jumlah SDM yang memadai, dan potensi pasar yang besar."
Dari sekitar 60 perusahaan besar berorientasi import di Indonesia, 35% nya sudah menerapkan teknologi nano untuk efektivitas produknya. Salah satu kendala dalam pengembangan nanoteknologi atau rekayasa molekul nanomolekuler di Indonesia, adalah belum terintegrasinya antar lembaga litbang pemerintah, jadi terkesan jalan sendiri-sendiri.
Presiden of Korean Nanotechnology Researchers Society, Hak Min Kim, menjelaskan, "Pemerintah Korea berkomitmen mengembangkan teknologi nano sejak tahun 2001, sedangkan pemerintah Amerika Serikat memulainya setahun sebelumnya pada pemerintahan Bill Clinton." Pemerintah AS menyediakan dana U$ 3,7 Milyar untuk lima institusi yaitu NASA, DoE, NIST, NSF dan EPA untuk mengembangkan teknologi nanonya.
Komunitas Peneliti Nano di Korea atas dukungan komitmen dari pemerintah, mulai melakukan investasi untuk pengembangan nfrastruktur nanoteknologinya, berupa pembelian instrument-instrumen pengukuran dan fabrikasi. Bahkan pihaknya ketika diminta membantu Rusia untuk pengembangan nanoteknologi, pemerintah Rusia tak segan-segan menggelontorkan anggaran sebesar U$ 4 Milyar.
Melalui Nano Award & The 2nd Internasional Conference On Advanced Material And Practical Nanotechnology ini, dapat dijadikan momentum untuk mengangkat iptek nasional sebagai isu utama dalam pembangunan industri nasional. Kedepannya, Nurul Taufiqu Rochman mengharapkan ada aliansi strategis antara lembaga pemerintahan dan swasta.
No comments:
Post a Comment