Burisrawa gugur(timpalan)
Prabu Matswapati Tanya kepada Raden Wrekudara  bagaimana dalam menghadapi Prabu Partipa, Raden Wrekudara bilang bahwa  Prabu Pratipa sudah gugur beserta gajahnya Kyai Jayamaruta. Belum  nyampai selesai dalam berbicara, Patih Udakawara datang, melaporkan  bahwa Ngastina sudah ada senopati lagi yaitu raden Harya Burisrawa dan  Senopati Pendamping Raden Windandini. 
Prabu  Matswapati minta petunjuk kepada Prabu Kresna, siapa tandingannya,  tiada lain adalah raden Harya Sencaki Romo Prabu. Sebetulnya Raden Harya  Wrekudara tidak setuju bila Raden Harya Sencaki yang mnejadi  tandingannya. Sebaiknya saya saja, karena yang sama-sama tingginya,  perkasanya. Tetapi Bathara Kresna tetap menunjuk Raden Harya Sencaki,  karena sebelumnya keduanya sudah ada perjanjian, bila Baratayuda terjadi  akan saling ketemu sebagai tandingannya. Akhirnya Raden Wrekudara  setuju tapi dengan satu syarat asalkan kuat menerima lemparan gada dari  Raden Wrekudara.
Akhirnya antara Raden Wrekudara dengan Raden Harya  Sencaki terjadi lempar-lemparan gada. Raden Harya Sencaki dinilai kuat  menerima lemparan gada dari Harya Wrekudara dan kuat melempar, akhirnya  Raden Harya Wrekudara setuju bila sebagai tandingannya Raden Burisrawa  Raden Sencaki. Setelah minta do’a restu kepada Prabu Matswapati dan yang  hadir, Raden Harya Sencaki segera berangkat ke medan perang.
Dari kejauhan sudah terdengar tantangan-tantangan  dari prajurit-prajurit Ngastina, raden Janaka yang kadang masih lupa  ingatannya karena masih sedih  akibat kematian abimanyu, ketemu dengan Senopati Pendamping Raden Windandini, terjadi  pertempuran, sama-sama kuatnya, tetapi Raden Janaka melepaskan  Jemparing, gugurlah Raden Windandini.
Raden  Sencaki sudah saling menyapa  dengan Raden Harya  Burisrawa. Sama-sama puasnya bisa ketemu untuk bertanding sesuai dengan  janjinya.
Terjadi pertempuran sengit, Raden  Sencaki semakin lama semakin menurun staminanya, kewalahan menghadapi  keerkasaannya Raden Burisrawa.
Prabu  Bathara Kresna melihat Adindan Raden Harya Sencaki kerepotan dalam  menghadapi musuh, lalu memerintahkan kepada Raden Janaka supaya  Njemparing rambut yang dipegangnya, tapi rambut yang dipegang sejajar  dengan lehernya Raden Burisrawa.
Akhirnya Raden Janaka  melepaskan jemparing pasopati, karena Raden Janaka kadang masih lupa  ingatan, jemparing meleset kena pinggir tidak kena tengah-tengah, rambut  tatas putus bablas mengenai bau Raden Burisrawa sampai timpal, maka  tema ini juga disebut TIMPALAN.
Sesudah  Raden Burisrawa kena pasopati, Raden Sencaki melepaskan jemparing kena  lehernya Raden burisrawa sampai putus, akhirnya gugur di palagan Raden  Burisrawa.
Raden Sencaki besar kepala karena  bisa membunuh Raden Burisrawa akhirnya sombong tidak tahunya pada waktu  Raden Sencaki kerepotan dalam perang telah dilepasi pasopati oleh Raden  Janaka, yang membuat Raden Burisrawa lemah karena timpal baunya. Lalu  Raden Sencaki mudah keluar dari cengkraman musuh akhirnya melepaskan  jemparing sampai gugur Raden Burisrawa terkena lehernya. Padahal  sebelumnya sudah mendapat perhatian dari Bathara Kresna, jangan sombong.  Tetapi karena merasa menang dalam pertandingan melawan Raden Burisrawa,  sampai tidak ingat kata welingnya Prabu Bathara Kresna jangan sombong.
Setelah tahu Raden Sencaki sombong Prabu Bathara  Kresna mendekati dan menceritakan apa adanya tentang gugurnya Burisrawa.  Raden Sencaki merasa malu, diam saja lalu pergi meninggalkan Prabu  Bathara Kresna tanpa minta ijin.
Para  prajurit dari Ngastina tahu yang tadinya Raden Burisrawa unggul dalam  peperangan tapi baunya bisa timpal lalu pada bilang kalau Pandawa curang  dalam peperangan.
Prabu Bathara Kresna mendengar  berita bahwa pandawa curang dalam peperangan, akhirnya mendekati para  Kurawa memberi keterangan bahwa timpalnya bau dari harya Burisrawa tidak  ada unsur kesengajaan. Itu kena pasopati pada waktu Raden Janaka gladi  melepas jemparing.
Prabu Salya marah akan  membunuh para Pandawa, tetapi dihalang-halangi Patih Harya Sengkuni,  supaya mundur melaporkan bahwa Raden  Burisrawa gugur di medan perang. 
http://wayang.wordpress.com/2010/07/28/bharatayudha-5-timpalan-burisrawa-gugur/

No comments:
Post a Comment